Kamis, 16 April 2009

Dasar-dasar VLAN 2

Broadcast terjadi disemua protokol, tapi seberapa sering terjadinya bergantung pada tiga hal berikut:
  • Jenis protokol

  • Aplikasi yang bekerja di internetwork

  • Bagaimana layanan-layanan network digunakan
Beberapa alikasi yang lebih lama telah ditulis kembali untuk mengurangi kebutuhan bandwith mereka, tetapi ada sebuah generasi baru aplikasi-aplikasi yang secara mengejutkan haus akan bandwith, mereka menggunakan semua bandwith yang dapat mereka temukan. Aplikasi pemakan bandwith ini adalah aplikasi-aplikasi multimedia yang menggunakan broadcast dan multicast secara ekstensif. Masalah-masalah seperti perlengkapan network yang bermasalah, segmentasi yang tidak cukup, dan firewall yang dirancang dengan kurang baik; hal-hal ini hanya menambah masalah yang dibuat oleh aplikasi yang haus bandwith atau broadcast-intensive tersebut. Semua ini benar-benar menambah sebuah dimensi baru pada perancangan network, dan juga menghasilkan tantangan-tantangan baru bagi seorang administrator. Memastikan agar network disegmentasi atau dipisahkan dengan baik, untuk mengisolasi masalah di satu segmen dan menghindari penyebaran masalah ke network lain atau ke internetwork adalah sebuah keharusan. Cara paling efektif untuk melakukan ini adalah dengan setrategi switching dan routing yang baik.

karena switch-switch menjadi lebih murah dewasa ini, banyak perusahaan yang mengganti network hub mereka dengan network switch murni dan lingkungan VLAN. Semua peralatan disebuah VLAN asalah anggota dari broadcast domain yang sama dan menerima semua broadcast. Secara default, broadcest disaring (tidak dilewatkan) pada semua port dari sebuah switch yang bukan anggita dari VLAN yang sama. Ini sangat baik karena memberikan senua manfaat yang dapat anda peroleh dengan sebuah rancangan network switch, tanpa menimbulkan masalah yang akan anda alami jika semua user berbeda di broadcast domain yang sama!

Dikutip dari : Cisco Certified Network Associate


Baca Selanjutnya - Dasar-dasar VLAN 2

Dasar-dasar VLAN

Seperti diperlihatkan gambar 8.1, network-network switch layer 2 biasanya dirancang sebagai network-network yang flat atau datar. Setiap paket broadcast yang ditransmisikan akan terlihat oleh setiap alat di network, tidak tergantung apakah alat itu memerlukan data tersebut atau tidak.



Gambar 8.1 Struktur network yang datar

Secara default, router memperbolehkan broadcest hanya didalam network dimana paket broadcast itu berasal, tetapi switch-switch mem-forward paket broadcast kesemua segmen. Alasan mengapa disebut network yang flat adalah karena network tersebut merupakan satu broadcast domain, jadi bukan karena rencangannya datar secara fisik.

Pada gambar 8.1 kita lihat Host A mengirimkan sebuah broadcast dan semua port pada semua switch mem-forward broadcast ini, kecuali port yang menerima broadcast ini pertama kali. Sekarang, lihat gambar 8.2, yang memperlihatakn sebuah network switch. Gambar ini menunjukkan Host A mengirimkan sebuah frame dengan Host D sebagai tujuannya, dan seperti anda lihat, frame tersebut hanya di-forward keluar dari port dimana Host D berada. Ini adalah sebuah peningkatan besar dibandngkan network hub yang lama, kecuali jika anda ingin memiliki sebuah collision domain secara default.


Gambar 8.2 Keuntungan dari sebuah network switch

Sekarang anda sudah mengetahui bahwa keuntungan terbesar yang diperoleh dengan memiliki sebuah network switch layer 2 adalah bahwa ia menciptakan segmen-segmen collision domain tersendiri untuk setiap alat yang terhubung ke setap port pada switch tersebut. Skenari ini membebaskan kita dari keterbatasan jarak Ethernet sehingga network-network yang lebih besar dapat dibuat. Tetapi, setiap kemajuan baru biasanya diikuti dengan issue atau masalah baru juga-semakin besar jmlah user dan alat, semakin banyak broadcast dan paket yang harus ditangani oleh setiap switch!

Dan ada satu hal lagi -sekuruti atau keamanan! Ini benar-benar sebuah masalah karena didalam kebanyakan internetwork switch layer 2, semua user secara default dapat melihat semua alat dinetwork tersebut. Dan anda tidak dapat menghentikan alat-alat melakukan broadcasting, atau menghentikan user untuk mencoba melakukan respons terhadap broadcast. Pilihan keamanan anda terbatas hanya pada menempatkan password pada server-server dan alat-alat di network.

Tapi akan berbeda jika anda menciptakan sebuah Virtual LAN (VLAN). Anda dapat memecahkan banyak masalah yang berkaitan dengan switch layer 2 dengan VLAN seperti yang akan anda lihat segera.

Ada beberapa cara VLAN menyederhanakan menejemen network :
  • Penambahan, perpindahan, dan perubahan network dilakukan dengan mengkonfigurasi sebuah port ke VLAN yang sesuai.

  • Sekelompok user yang memerlukan keamanan yang tinggi dapat ditempatkan pada sebuah VLAN sehingga tidak ada user di luar VLAN tersebut yang dapat berkomunikasi denga mereka.

  • Sebagai pengkelompokan logikal user berdasarkan fungsi, VLAN dapat dianggap independen dari lokasi fisikal atau geografis-nya.

  • VLAN dapat meningkatkan keamanan network.

  • VLAN-VLAN meningkatkan jumlah broadcast domain dan pada saat yang sama memperkecil ukurannya sendiri.
Dikutip dari : Cisco Certified Network Associate







Baca Selanjutnya - Dasar-dasar VLAN

SEMINAR KEWIRAUSAHAAN DIKTI : MENCARI ANCHOR KEWIRAUSAHAAN DI PERGURUAN TINGGI

Mayoritas lulusan perguruan tinggi lebih memilih sebagai karyawan atau pekerja dalam instansi tertentu dibanding memiliki usaha sendiri dan memperkerjakan orang lain . Dengan demikian, Perguruan tinggi memiliki tantangan merubah pandangan lulusan perguruan tinggi dari job seeker menjadi job creator . Keadaan tersebut ditambah dengan lapangan kerja yang terbatas berimbas pada angka pengangguran yang semakin tinggi. Pada tahun 2006 angka pengangguran mencapai 10,8-11% dari tenaga kerja yang masuk kategori pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin mencapai 39,5 juta orang atau 17,75% dari 222 juta orang penduduk Indonesia (Dikti, 2009).

Perguruan tinggi adalah salah satu tempat yang paling pas untuk melakukan pendidikan kewirausahaan dan sebagai salah satu solusi tepat yang mampu melakukan terobosan–terobosan masalah yang dihadapi bangsa. Dikti menjadikan program kewirausahaan sebagai salah satu program prioritas nasional yang harus dijalankan oleh seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Pada tahun anggaran 2009 Dikti kembali menggalakkan Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi antara lain melalui program Pendidikan Mahasiswa Wirausaha ,TOT Pendidikan Kewirausahaan bagi dosen, program Cooperative Academy Education ( Program Belajar Bekerja Terpadu).

Dalam rangka persiapan pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan tersebut , Dikti pada Jumat ( 27/3) yang lalu menyelenggarakan Seminar Pendidikan Kewirausahaan diikuti oleh 83 Perguruan Tinggi Negeri ( PTN ), Koordinator kopertis dan 103 Perguruan Tinggi Swasta. Pada kesempatan tersebut, Prof. M.Suyanto, Ketua STMIK AMIKOM, sebagai narasumber yang memaparkan meteri ” Berbagai Pengalamanan dalam pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan bagi Mahasiswa.

Dalam acara tersebut hadir pula Dirjen Dikti, Prof. Dr. Fasli Jalal, Ph.D dan narasumber yang lain seperti Surna Thahja D- SBM ITB, Sukoriyanto – Corporate Scretary Bank Mandiri Tbk , Khairul Salim – Entrepreneur College dan Antonius Tanan, Presiden Directur UCEC.

“Indonesia, minimal harus memiliki 2 persen wirausahawan dari total populasi. Saat ini, penduduk Indonesia yang berani mengambil resiko, menjadi wirausahawan, tidak lebih dari 0,80 persen. Peran perguruan tinggi sangat besar untuk mewujudkan mimpi ini,” kata Dirjen Dikti, Prof. Dr. Fasli Jalal, Ph.D dalam sambutan beliau pada acara Seminar Pendidikan Kewirausahaan (27/03/09) di Auditorium Dikti, Jakarta.
Dari 2.900an perguruan tinggi Indonesia, kata Dirjen, direncanakan 10 persen diantaranya, sekitar 300-an perguruan tinggi menjadi anchor dari pendidikan kewirausahaan ini. Program ini demand driven dan bukan top down sifatnya. Diperuntukkan bagi perguruan tinggi yang mau dan memiliki kesiapan. Pada masing-masing perguruan tinggi itu, lima orang dosen akan menjadi anchor terpentingnya. Mereka akan mendapatkan pelatihan kewirausahaan misalnya di Kauffman Foundation, salah satu foundation terbesar di Amerika yang mendedikasikan dirinya untuk pendidikan dan kewirausahaan. Mereka tidak lagi diberikan pengenalan teoritik, tapi ’dibenamkan’ dalam kekayaan praktek langsung seperti pengalaman magang di perusahaan ternama di Amerika.

Lima orang terpilih, kata Dirjen akan diperjalankan ke seluruh perguruan tinggi Indonesia untuk membagi ilmu dan spirit kewirausahaan. Mereka menjadi ibu atau pelatih bagi yang lainnya dalam mentransfer pengetahuan dan mendidik bagaimana cara memulai kegiatan kewirausahaan ini.

Dikutip dari :
http://www.amikom.ac.id/main/berita.php?page=seminar-kewirausahaan-dikti--:-mencari-anchor-kewi

Baca Selanjutnya - SEMINAR KEWIRAUSAHAAN DIKTI : MENCARI ANCHOR KEWIRAUSAHAAN DI PERGURUAN TINGGI

Rabu, 15 April 2009

Apa Itu Router ?

Mengapa perlu router

Sebelum kita pelajari lebih jauh mengenai bagaimana mengkonfigurasi router cisco, kita perlu memahami lebih baik lagi mengenai beberapa aturan dasar routing. Juga tentunya kita harus memahami sistem penomoran IP,subnetting,netmasking dan saudara-saudaranya.

Contoh kasus:

Host X à 128.1.1.1 (ip Kelas B network id 128.1.x.x)

Host Y à 128.1.1.7 (IP kelas B network id 128.1.x.x)

Host Z à 128.2.2.1 (IP kelas B network id 128.2.x.x)

Pada kasus di atas, host X dan host Y dapat berkomunikasi langsung tetapi baik host X maupun Y tidak dapat berkomunikasi dengan host Z, karena mereka memiliki network Id yang berbeda. Bagaimana supaya Z dapat berkomunikasi dengan X dan Y ? gunakan router !

Contoh kasus menggunakan subnetting

Host P à 128.1.208.1 subnet mask 255.255.240.0

Host Q à 128.1.208.2 subnet mask 255.255.240.0

Host R à 128.1.80.3 subnet mask 255.255.240.0

Nah, ketika subnetting dipergunakan, maka dua host yang terhubung ke segmen jaringan yang sama dapat berkomunikasi hanya jika baik network id maupun subnetid-nya sesuai.Pada kasus di atas, P dan Q dapat berkomunikasi dengan langsung, R memiliki network id yang sama dengan P dan Q tetapi memiliki subnetidyang berbeda. Dengan demikian R tidak dapat berkomunikasi secara langsung dengan P dan Q. Bagaimana supaya R dapat berkomunikasi dengan P dan Q ? gunakan router !

Jadi fungsi router, secara mudah dapat dikatakan, menghubungkan dua buah jaringan yang berbeda, tepatnya mengarahkan rute yang terbaik untuk mencapai network yang diharapkan

Dalam implementasinya, router sering dipakai untuk menghubungkan jaringan antar lembaga atau perusahaan yang masing-masing telah memiliki jaringan dengan network id yang berbeda. Contoh lainnya yang saat ini populer adalah ketika perusahaan anda akan terhubung ke internet. Maka router akan berfungsi mengalirkan paket data dari perusahaan anda ke lembaga lain melalui internet, sudah barang tentu nomor jaringan anda akan bereda dengan perushaaan yang anda tuju.

Jika sekedar menghubungkan 2 buah jaringan, sebenarnya anda juga dapat menggunakan pc berbasis windows NT atau linux. Dengan memberikan 2 buah network card dan sedikit setting, sebenarnya anda telah membuat router praktis. Namun tentunya dengan segala keterbatasannya.

Di pasaran sangat beragam merek router, antara lain baynetworks, 3com dan cisco. Modul kursus kita kali ini akan membahas khusus cisco. Mengapa ? karena cisco merupakan router yang banyak dipakai dan banyak dijadikan standar bagi produk lainnya.

Lebih jauh tentang routing

Data-data dari device yang terhubung ke Internet dikirim dalam bentuk datagram, yaitu paket data yang didefinisikan oleh IP. Datagram memiliki alamat tujuan paket data; Internet Protocol memeriksa alamat ini untuk menyampaikan datagram dari device asal ke device tujuan. Jika alamat tujuan datagram tersebut terletak satu jaringan dengan device asal, datagram langsung disampaikan kepada device tujuan tersebut. Jika ternyata alamat tujuan datagram tidak terdapat di jaringan yang sama, datagram disampaikan kepada router yang paling tepat (the best available router).

IP Router (biasa disebut router saja) adalah device yang melakukan fungsi meneruskan datagram IP pada lapisan jaringan. Router memiliki lebih dari satu antamuka jaringan (network interface) dan dapat meneruskan datagram dari satu antarmuka ke antarmuka yang lain. Untuk setiap datagram yang diterima, router memeriksa apakah datagram tersebut memang ditujukan ke dirinya. Jika ternyata ditujukan kepada router tersebut, datagram disampaikan ke lapisan transport.

Jika datagram tidak ditujukan kepada router tersebut, yang akan diperiksa adalah forwarding table yang dimilikinya untuk memutuskan ke mana seharusnya datagram tersebut ditujukan. Forwarding table adalah tabel yang terdiri dari pasangan alamat IP (alamat host atau alamat jaringan), alamat router berikut, dan antarmuka tempat keluar datagram.

Jika tidak menemukan sebuah baris pun dalam forwarding table yang sesuai dengan alamat tujuan, router akan memberikan pesan kepada pengirim bahwa alamat yang dimaksud tidak dapat dicapai. Kejadian ini dapat dianalogikan dengan pesan “kembali ke pengirim” pada pos biasa. Sebuah router juga dapat memberitahu bahwa dirinya bukan router terbaik ke suatu tujuan, dan menyarankan penggunaan router lain. Dengan ketiga fungsi yang terdapat pada router ini, host-host di Internet dapat saling terhubung.

Statik dan Dinamik

Secara umum mekanisme koordinasi routing dapat dibagi menjadi dua: routing statik dan routing dinamik. Pada routing statik, entri-entri dalam forwarding table router diisi dan dihapus secara manual, sedangkan pada routing dinamik perubahan dilakukan melalui protokol routing. Routing statik adalah pengaturan routing paling sederhana yang dapat dilakukan pada jaringan komputer. Menggunakan routing statik murni dalam sebuah jaringan berarti mengisi setiap entri dalam forwarding table di setiap router yang berada di jaringan tersebut.

Penggunaan routing statik dalam sebuah jaringan yang kecil tentu bukanlah suatu masalah; hanya beberapa entri yang perlu diisikan pada forwarding table di setiap router. Namun Anda tentu dapat membayangkan bagaimana jika harus melengkapi forwarding table di setiap router yang jumlahnya tidak sedikit dalam jaringan yang besar. Apalagi jika Anda ditugaskan untuk mengisi entri-entri di seluruh router di Internet yang jumlahnya banyak sekali dan terus bertambah setiap hari. Tentu repot sekali!

Routing dinamik adalah cara yang digunakan untuk melepaskan kewajiban mengisi entri-entri forwarding table secara manual. Protokol routing mengatur router-router sehingga dapat berkomunikasi satu dengan yang lain dan saling memberikan informasi routing yang dapat mengubah isi forwarding table, tergantung keadaan jaringannya. Dengan cara ini, router-router mengetahui keadaan jaringan yang terakhir dan mampu meneruskan datagram ke arah yang benar.

Interior Routing Protocol

Pada awal 1980-an Internet terbatas pada ARPANET, Satnet (perluasan ARPANET yang menggunakan satelit), dan beberapa jaringan lokal yang terhubung lewat gateway. Dalam perkembangannya, Internet memerlukan struktur yang bersifat hirarkis untuk mengantisipasi jaringan yang telah menjadi besar. Internet kemudian dipecah menjadi beberapa autonomous system (AS) dan saat ini Internet terdiri dari ribuan AS. Setiap AS memiliki mekanisme pertukaran dan pengumpulan informasi routing sendiri.

Protokol yang digunakan untuk bertukar informasi routing dalam AS digolongkan sebagai interior routing protocol (IRP). Hasil pengumpulan informasi routing ini kemudian disampaikan kepada AS lain dalam bentuk reachability information. Reachability information yang dikeluarkan oleh sebuah AS berisi informasi mengenai jaringan-jaringan yang dapat dicapai melalui AS tersebut dan menjadi indikator terhubungnya AS ke Internet. Penyampaian reachability information antar-AS dilakukan menggunakan protokol yang digolongkan sebagai exterior routing protocol (ERP).

IRP yang dijadikan standar di Internet sampai saat ini adalah Routing Information Protocol (RIP) dan Open Shortest Path First (OSPF). Di samping kedua protokol ini terdapat juga protokol routing yang bersifat proprietary tetapi banyak digunakan di Internet, yaitu Internet Gateway Routing Protocol (IGRP) dari Cisco System. Protokol IGRP kemudian diperluas menjadi Extended IGRP (EIGRP). Semua protokol routing di atas menggunakan metrik sebagai dasar untuk menentukan jalur terbaik yang dapat ditempuh oleh datagram. Metrik diasosiasikan dengan “biaya” yang terdapat pada setiap link, yang dapat berupa throughput (kecepatan data), delay, biaya sambungan, dan keandalan link.

I. Routing Information Protocol

RIP (akronim, dibaca sebagai rip) termasuk dalam protokol distance-vector, sebuah protokol yang sangat sederhana. Protokol distance-vector sering juga disebut protokol Bellman-Ford, karena berasal dari algoritma perhitungan jarak terpendek oleh R.E. Bellman, dan dideskripsikan dalam bentuk algoritma-terdistribusi pertama kali oleh Ford dan Fulkerson.

Setiap router dengan protokol distance-vector ketika pertama kali dijalankan hanya mengetahui cara routing ke dirinya sendiri (informasi lokal) dan tidak mengetahui topologi jaringan tempatnya berada. Router kemudia mengirimkan informasi lokal tersebut dalam bentuk distance-vector ke semua link yang terhubung langsung dengannya. Router yang menerima informasi routing menghitung distance-vector, menambahkan distance-vector dengan metrik link tempat informasi tersebut diterima, dan memasukkannya ke dalam entri forwarding table jika dianggap merupakan jalur terbaik. Informasi routing setelah penambahan metrik kemudian dikirim lagi ke seluruh antarmuka router, dan ini dilakukan setiap selang waktu tertentu. Demikian seterusnya sehingga seluruh router di jaringan mengetahui topologi jaringan tersebut.

Protokol distance-vector memiliki kelemahan yang dapat terlihat apabila dalam jaringan ada link yang terputus. Dua kemungkinan kegagalan yang mungkin terjadi adalah efek bouncing dan menghitung-sampai-tak-hingga (counting to infinity). Efek bouncing dapat terjadi pada jaringan yang menggunakan metrik yang berbeda pada minimal sebuah link. Link yang putus dapat menyebabkan routing loop, sehingga datagram yang melewati link tertentu hanya berputar-putar di antara dua router (bouncing) sampai umur (time to live) datagram tersebut habis.

Menghitung-sampai-tak-hingga terjadi karena router terlambat menginformasikan bahwa suatu link terputus. Keterlambatan ini menyebabkan router harus mengirim dan menerima distance-vector serta menghitung metrik sampai batas maksimum metrik distance-vector tercapai. Link tersebut dinyatakan putus setelah distance-vector mencapai batas maksimum metrik. Pada saat menghitung metrik ini juga terjadi routing loop, bahkan untuk waktu yang lebih lama daripada apabila terjadi efek bouncing..

RIP tidak mengadopsi protokol distance-vector begitu saja, melainkan dengan melakukan beberapa penambahan pada algoritmanya agar routing loop yang terjadi dapat diminimalkan. Split horizon digunakan RIP untuk meminimalkan efek bouncing. Prinsip yang digunakan split horizon sederhana: jika node A menyampaikan datagram ke tujuan X melalui node B, maka bagi B tidak masuk akal untuk mencapai tujuan X melalui A. Jadi, A tidak perlu memberitahu B bahwa X dapat dicapai B melalui A.

Untuk mencegah kasus menghitung-sampai-tak-hingga, RIP menggunakan metode Triggered Update. RIP memiliki timer untuk mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi routing. Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update). Dengan demikian, router-router di jaringan dapat dengan cepat mengetahui perubahan yang terjadi dan meminimalkan kemungkinan routing loop terjadi.

RIP yang didefinisikan dalam RFC-1058 menggunakan metrik antara 1 dan 15, sedangkan 16 dianggap sebagai tak-hingga. Route dengan distance-vector 16 tidak dimasukkan ke dalam forwarding table. Batas metrik 16 ini mencegah waktu menghitung-sampai-tak-hingga yang terlalu lama. Paket-paket RIP secara normal dikirimkan setiap 30 detik atau lebih cepat jika terdapat triggered updates. Jika dalam 180 detik sebuah route tidak diperbarui, router menghapus entri route tersebut dari forwarding table. RIP tidak memiliki informasi tentang subnet setiap route. Router harus menganggap setiap route yang diterima memiliki subnet yang sama dengan subnet pada router itu. Dengan demikian, RIP tidak mendukung Variable Length Subnet Masking (VLSM).

RIP versi 2 (RIP-2 atau RIPv2) berupaya untuk menghasilkan beberapa perbaikan atas RIP, yaitu dukungan untuk VLSM, menggunakan otentikasi, memberikan informasi hop berikut (next hop), dan multicast. Penambahan informasi subnet mask pada setiap route membuat router tidak harus mengasumsikan bahwa route tersebut memiliki subnet mask yang sama dengan subnet mask yang digunakan padanya.

RIP-2 juga menggunakan otentikasi agar dapat mengetahui informasi routing mana yang dapat dipercaya. Otentikasi diperlukan pada protokol routing untuk membuat protokol tersebut menjadi lebih aman. RIP-1 tidak menggunakan otentikasi sehingga orang dapat memberikan informasi routing palsu. Informasi hop berikut pada RIP-2 digunakan oleh router untuk menginformasikan sebuah route tetapi untuk mencapai route tersebut tidak melewati router yang memberi informasi, melainkan router yang lain. Pemakaian hop berikut biasanya di perbatasan antar-AS.

RIP-1 menggunakan alamat broadcast untuk mengirimkan informasi routing. Akibatnya, paket ini diterima oleh semua host yang berada dalam subnet tersebut dan menambah beban kerja host. RIP-2 dapat mengirimkan paket menggunakan multicast pada IP 224.0.0.9 sehingga tidak semua host perlu menerima dan memproses informasi routing. Hanya router-router yang menggunakan RIP-2 yang menerima informasi routing tersebut tanpa perlu mengganggu host-host lain dalam subnet.

RIP merupakan protokol routing yang sederhana, dan ini menjadi alasan mengapa RIP paling banyak diimplementasikan dalam jaringan. Mengatur routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan hasil yang cukup dapat diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link jaringan. Walaupun demikian, untuk jaringan yang besar dan kompleks, RIP mungkin tidak cukup. Dalam kondisi demikian, penghitungan routing dalam RIP sering membutuhkan waktu yang lama, dan menyebabkan terjadinya routing loop. Untuk jaringan seperti ini, sebagian besar spesialis jaringan komputer menggunakan protokol yang masuk dalam kelompok link-state

II. Open Shortest Path First (OSPF)

Teknologi link-state dikembangkan dalam ARPAnet untuk menghasilkan protokol yang terdistribusi yang jauh lebih baik daripada protokol distance-vector. Alih-alih saling bertukar jarak (distance) ke tujuan, setiap router dalam jaringan memiliki peta jaringan yang dapat diperbarui dengan cepat setelah setiap perubahan topologi. Peta ini digunakan untuk menghitung route yang lebih akurat daripada menggunakan protokol distance-vector. Perkembangan teknologi ini akhirnya menghasilkan protokol Open Shortest Path First (OSPF) yang dikembangkan oleh IETF untuk digunakan di Internet. Bahkan sekarang Internet Architecture Board (IAB) telah merekomendasikan OSPF sebagai pengganti RIP.

Prinsip link-state routing sangat sederhana. Sebagai pengganti menghitung route “terbaik” dengan cara terdistribusi, semua router mempunyai peta jaringan dan menghitung semua route yang terbaik dari peta ini. Peta jaringan tersebut disimpan dalam sebuah basis data dan setiap record dalam basis data tersebut menyatakan sebuah link dalam jaringan. Record-record tersebut dikirimkan oleh router yang terhubung langsung dengan masing-masing link.

Karena setiap router perlu memiliki peta jaringan yang menggambarkan kondisi terakhir topologi jaringan yang lengkap, setiap perubahan dalam jaringan harus diikuti oleh perubahan dalam basis data link-state yang terletak di setiap router. Perubahan status link yang dideteksi router akan mengubah basis data link-state router tersebut, kemudian router mengirimkan perubahan tersebut ke router-router lain.

Protokol yang digunakan untuk mengirimkan perubahan ini harus cepat dan dapat diandalkan. Ini dapat dicapai oleh protokol flooding. Dalam protokol flooding, pesan yang dikirim adalah perubahan dari basis data serta nomor urut pesan tersebut. Dengan hanya mengirimkan perubahan basis data, waktu yang diperlukan untuk pengiriman dan pemrosesan pesan tersebut lebih sedikit dibandingdengan mengirim seluruh isi basis data tersebut. Nomor urut pesan diperlukan untuk mengetahui apakah pesan yang diterima lebih baru daripada yang terdapat dalam basis data. Nomor urut ini berguna pada kasus link yang putus menjadi tersambung kembali.

Pada saat terdapat link putus dan jaringan menjadi terpisah, basis data kedua bagian jaringan tersebut menjadi berbeda. Ketika link yang putus tersebut hidup kembali, basis data di semua router harus disamakan. Basis data ini tidak akan kembali sama dengan mengirimkan satu pesan link-state saja. Proses penyamaan basis data pada router yang bertetangga disebut sebagai menghidupkan adjacency. Dua buah router bertetangga disebut sebagai adjacent bila basis data link-state keduanya telah sama. Dalam proses ini kedua router tersebut tidak saling bertukar basis data karena akan membutuhkan waktu yang lama.

Proses menghidupkan adjacency terdiri dari dua fasa.Fasa pertama, kedua router saling bertukar deskripsi basis data yang merupakan ringkasan dari basis data yang dimiliki setiap router. Setiap router kemudian membandingkan deskripsi basis data yang diterima dengan basis data yang dimilikinya. Pada fasa kedua, setiap router meminta tetangganya untuk mengirimkan record-record basis data yang berbeda, yaitu bila router tidak memiliki record tersebut, atau nomor urut record yang dimiliki lebih kecil daripada yang dikirimkan oleh deskripsi basis data. Setelah proses ini, router memperbarui beberapa record dan ini kemudian dikirimkan ke router-router lain melalui protokol flooding.

Protokol link-state lebih baik daripada protokol distance-vector disebabkan oleh beberapa hal: waktu yang diperlukan untuk konvergen lebih cepat, dan lebih penting lagi protokol ini tidak menghasilkan routing loop. Protokol ini mendukung penggunaan beberapa metrik sekaligus. Throughput, delay, biaya, dan keandalan adalah metrik-metrik yang umum digunakan dalam jaringan. Di samping itu protokol ini juga dapat menghasilkan banyak jalur ke sebuah tujuan. Misalkan router A memiliki dua buah jalur dengan metrik yang sama ke host B. Protokol dapat memasukkan kedua jalur tersebut ke dalam forwarding table sehingga router mampu membagi beban di antara kedua jalur tersebut.

Rancangan OSPF menggunakan protokol link-state dengan beberapa penambahan fungsi. Fungsi-fungsi yang ditambahkan antara lain mendukung jaringan multi-akses, seperti X.25 dan Ethernet, dan membagi jaringan yang besar mejadi beberapa area.

Telah dijelaskan di atas bahwa setiap router dalam protokol link-state perlu membentuk adjacency dengan router tetangganya. Pada jaringan multi-akses, tetangga setiap router dapat lebih dari satu. Dalam situasi seperti ini, setiap router dalam jaringan perlu membentuk adjacency dengan semua router yang lain, dan ini tidak efisien. OSPF mengefisienkan adjacency ini dengan memperkenalkan konsep designated router dan designated router cadangan. Semua router hanya perlu adjacent dengan designated router tersebut, sehingga hanya designated router yang adjacent dengan semua router yang lain. Designated router cadangan akan mengambil alih fungsi designated router yang gagal berfungsi.

Langkah pertama dalam jaringan multi-akses adalah memilih designated router dan cadangannya. Pemilihan ini dimasukkan ke dalam protokol Hello, protokol dalam OSPF untuk mengetahui tetangga-tetangga router dalam setiap link. Setelah pemilihan, baru kemudian router-router membentuk adjacency dengan designated router dan cadangannya. Setiap terjadi perubahan jaringan, router mengirimkan pesan menggunakan protokol flooding ke designated router, dan designated router yang mengirimkan pesan tersebut ke router-router lain dalam link.

Designated router cadangan juga mendengarkan pesan-pesan yang dikirim ke designated router. Jika designated router gagal, cadangannya kemudian menjadi designated router yang baru serta dipilih designated router cadangan yang baru. Karena designated router yang baru telah adjacent dengan router-router lain, tidak perlu dilakukan lagi proses penyamaan basis data yang membutuhkan waktu yang lama tersebut.

Dalam jaringan yang besar tentu dibutuhkan basis data yang besar pula untuk menyimpan topologi jaringan. Ini mengarah kepada kebutuhan memori router yang lebih besar serta waktu perhitungan route yang lebih lama. Untuk mengantisipasi hal ini, OSPF menggunakan konsep area dan backbone. Jaringan dibagi menjadi beberapa area yang terhubung ke backbone. Setiap area dianggap sebagai jaringan tersendiri dan router-router di dalamnya hanya perlu memiliki peta topologi jaringan dalam area tersebut. Router-router yang terletak di perbatasan antar area hanya mengirimkan ringkasan dari link-link yang terdapat dalam area dan tidak mengirimkan topologi area satu ke area lain. Dengan demikian, perhitungan route menjadi lebih sederhana.

Kesederhanaan vs. Kemampuan

Kita sudah lihat sepintas bagaimana RIP dan OSPF bekerja. Setiap protokol routing memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Protokol RIP sangat sederhana dan mudah diimplementasikan tetapi dapat menimbulkan routing loop. Protokol OSPF merupakan protokol yang lebih rumit dan lebih baik daripada RIP tetapi membutuhkan memori dan waktu CPU yang besar.

Di berbagai tempat juga terdapat yang menggunakan gabungan antara routing statik, RIP, RIP-v2, dan OSPF. Hasilnya di jaringan ini menunjukkan bahwa administrasi routing statik jauh lebih memakan waktu dibanding routing dinamik. Pengamatan pada protokol routing dinamik juga menunjukkan bahwa RIP menggunakan bandwidth yang lebih besar daripada OSPF dan semakin besar jaringan, bandwidth yang digunakan RIP bertambah lebih besar pula. Jadi, jika Anda sedang mendesain jaringan TCP/IP yang besar tentu OSPF merupakan pilihan protokol routing yang tepat.

Sumber : http://dedenthea.wordpress.com/2007/02/07/apa-itu-router/






Baca Selanjutnya - Apa Itu Router ?

Hacking Forum PhpBB

Berita hangat . . . Pengen bisa cara ng-hack foru PhpBB? gampang kok caranya . . . .
tinggal kamu klik aja dibawah ni . . . .

klik



Baca Selanjutnya - Hacking Forum PhpBB
 
© 2009 Kumpul Kempoel. All Rights Reserved | Powered by Blogger
Design by psdvibe | Bloggerized By LawnyDesignz